Selisik Buku: Cinta di Langit Biru - Prima Mutiara
- kentankcreespy
- 20 Agu 2020
- 5 menit membaca
Judul: Cinta di Langit Biru
Penulis: Prima Mutiara
Penerbit: Grass Media
Tahun terbut: 2018
Jumlah halaman: 320 halaman
ISBN: 978-602-51253-0-0
Blurb:
"Jatuh cinta pada lelaki galak, angkuh, judes kayak Banyu Biru? Astagfirullah, jangan sampe."
Hidup Cinta yang semula datar mendadak menjadi seperti naik roller coaster saat bertemu dengan Biru dan dekat dengan Langit. Dua lelaki berbeda kepribadian yang membuat dia ragu menentukan pilihan.
Belum lagi setelah Cinta mengetahui Nadia--saudara sepupunya--berhubungan erat dengan salah satu di antara mereka.
Sebuah masa lalu yang mengusik dan mimpi yang tertunda membawa Cinta dalam kebimbangan.
Siapakah yang akan ia pilih?
Lelaki angkuh seperti Biru? Langit yang selalu membuatnya tertawa? Atau ia akan mementingkan persaudaraan dengan Nadia di atas segalanya?
Well, sepertinya judul buku ini merepresentasikan nama-nama tokoh yang ada di dalamnya. Cinta di Langit Biru, yeah mungkin bisa kita artikan seperti Cinta diantara Langit dan Biru. Karena memang dalam cerita ini sosok Cinta berada diantara pusaran hidup Langit dan Biru, wkwk.
Ah, jangan lupakan sampul simple berwarna dasar biru langit dan ornamen awan semakin membuat buku ini tampak eye-catching!
"Hidup itu harus punya tujuan. Selayaknya kita naik kendaraan. Jika dari awal kita tahu mau ke mana, kita akan kehilangan arah, dan akhirnya tersesat." - hlm. 5
Berbicara mengenai tokoh, karakter setiap tokoh dalam cerita ini menurutku memiliki sisi berbeda yang sama kuat dan terhubung satu sama lain.
Ada Cinta si gadis berhijab yang suka membaca buku, tapi tidak cukup percaya diri untuk menjadi seorang penulis. Tidak memiliki tujuan hidup yang berarti, semata-mata berkuliah di salah satu universitas negeri pun rasanya sudah cukup baginya. Pun pemalu adalah salah satu sifat yang melekat kuat dalam diri Cinta.
Banyu Biru. Lelaki yang kerap disapa Biru ini berhasil membuat emosiku jungkir balik. Seolah sosoknya itu memiliki banyak sisi yang membuat aku sebagai pembaca merasa geregetan sendiri. Biru itu dingin, enggak tersentuh, angkuh, dan mulutnya kalau udah ketemu Cinta beuh pedesnya minta disantet. Namun dibalik itu semua, ada segelintir hal yang berusaha ia kubur dan tutupi, yakni tentang masa lalunya yang kelam. Oh iya, ada hal yang bener-bener buat aku kesel dan enggak suka sama Biru, yakni kalau dia udah mengingatkan atau menegur tentang kesalahan orang lain. Iya bener sih kalau ada yang salah diingatkan, tapi cara Biru itu lho kayak enggak sesuai adab. Sebel aku tuh, Mas.
Lalu ada Langit. Pemilik nama lengkap Langit Permada itu merupakan most wanted guy di kampus. Rupa bak bintang korea dan perangai yang supel membuatnya dikenal oleh banyak mahasiswa, baik seangkatan, senior, maupun mahasiswa baru. Oh jangan lupakan bahwa dia sudah ahli dalam dunia permodusan, wkwk.
Nama Nadia menjadi tokoh penting dalam bagian masa lalu Biru. Berperan sebagai sepupu dekat Cinta sekaligus gadis di masa lalu Biru membuat dia berada di tengah-tengah kemelut problema yang ada di antara Cinta dan Biru. Yang membuatku menaruh perhatian padanya adalah sosoknya yang begitu tanggung jawab dan cukup bijaksana. Pun ketabahan hatinya membuatku mengangguminya uwuwu.
Sebenarnya masih ada banyak tokoh seperti Pipit yang merupakan sahabat Cinta, lalu Angkasa sahabat Biru sekaligus kakak dari Langit, dan sebagainya yang bisa kalian selisik sendiri dalam buku ini. Mwehehe.
"Sebuah rasa sepi datang merambat. Sepi, kosong, seakan menghimpitku rapat-rapat." - hlm. 23
Terkait latar tempat, Cinta di Langit Biru ini mengambil latar di kota Atlas, Semarang. Pun UNNES menjadi latar kampus tempat mereka menimba ilmu. Lalu ada daerah Bantir sebagai tempat pelaksanaan acara Writing Camp yang diadakan oleh komunitas LA. Oh iya, kafe Amora! Aku kira ada beneran di Semarang, tapi aku cari di google enggak ada. Mungkin itu hanya tempat fiktif wkwk.
"Aku ingin menjadi langit biru yang memberi harapan kepada semua orang, aku ingin tetap ada meski suatu saat menghilang." - hlm. 125
Novel Cinta di Langit Biru ini sebelumnya sudah kubaca di Wattpad, bagian awal hingga pertengahan tidak banyak yang dirombak sih menurutku, dan pada bagian akhir entahlah, aku lupa soalnya ahaha. Adakah diantara kalian yang sudah membaca versi Wattpad sebelumnya?
So, what is this story about? Let's talk about it.
Kafe Amora adalah tempat di mana Cinta dan Biru untuk kali pertama bertemu dan bertukar suara. Pertemuan yang bisa dikatakan tidak begitu baik membuat Cinta mencap Biru sebagai lelaki angkuh yang memiliki hobi memakan cabe lima ton karena apa yang keluar dari mulutnya itu tidak jauh dari kata pedas. Lalu, pertemuan mereka selanjutnya pun masih di tempat yang sama dan dengan kejadian yang tidak mengenakkan pula. Namun dari situ, Cinta mulai mengetahui sisi lain dari Biru setelah lelaki itu pergi dan meninggalkan sebuah buku catatan berisi tulisan-tulisan tangannya.
Banyak orang di dunia ini yang mengeluh tidak memiliki tujuan hidup yang berarti, dan salah satunya adalah Cinta. Melihat itu, Langit yang semenjak berada di MKU yang sama dengan Cinta dan menjadi dekat dengan gadis itu menawarkan sebuah bantuan untuk membawa Cinta keluar dari zona nyamannya. Langit mengenalkan Cinta pada sebuah komunitas kepenulisan bernama Lingkar Aksara. Seolah takdir mempermainkan mereka, Cinta dipertemukan kembali dengan Biru yang notabenya merupakan ketua komunitas tersebut.
Pertemuan demi pertemuan mereka lewati dengan beragam rasa, seolah tanpa sengaja mereka selalu berada di setiap kesempatan yang sama. Pun kedekatan Cinta dan Langit tampaknya juga tidak bisa dilewatkan begitu saja. Langit memiliki seribu macam cara untuk selalu bisa berdekatan dengan Cinta, sedangkan Biru masih tampak anteng meski diam-diam kadang memperhatikan.
Lalu, ada satu insiden di mana dari situ pandangan Cinta terhadap Biru mulai berbeda, ada rasa asing yang mencubit hatinya. Biru pun demikian, hati dan akalnya kerapkali tidak sesuai, di luar kehendaknya ia diam-diam melalukan hal yang berbeda dari biasanya terhadap Cinta.
"Kalian tahu apa yang lebih sakit dari sebuah perpisahan? Ketika sebuah hubungan berakhir, bahkan sebelum mereka memulainya." - hlm. 211
Bagian yang menurutku menguras emosi adalah bagian-bagian menjelang akhir. Hanya karena sebuah kesalahpahaman, segala yang baru akan dimulai malah menjadi sesuatu yang menyakitkan hati. Atas nama masa lalu Biru yang hadir perlahan membuat segalanya hancur berantakan, apa yang selama ini lelaki itu takutkan kembali muncul ke permukaan. Serius deh aku merinding terus nangis bacanya huaaaa.
Lebih parahnya lagi saat Biru memutuskan hal bodoh yang membuat segalanya hancur kembali setelah sebelumnya dapat terselesaikan oleh bantuan Nadia--sepupu Cinta sekaligus bagian masa lalu Biru-- atas masalah kesalahpahaman waktu itu. Pokoknya aku geregetan banget sama Biru, hih sebel! Ambil keputusan tanpa ngertiin perasaan Cinta, huhu. Geregetanku semakin menjadi saat tiba-tiba Langit mengungkapkan apa yang seharusnya selama ini ia ungkapkan kepada Cinta. Masalahnya jadi tambah runyam. Intinya bagian ini bikin aku geregetan dan bingung harus berpihak ke siapa. Hueee.
"Tentu saja, luka yang ditorehkan orang yang disayang jauh lebih menyakitkan." - hlm. 301
Well, buku ini begitu uwuwu sekali. Roman berbumbu religi selalu memberikan kesan tersendiri bagiku. Banyak pengetahuan serta hikmah yang aku dapat dari buku ini. Kak Pim benar-benar berhasil mengaduk emosiku.
Yang membuatku tambah jatuh cinta itu ada kutipan-kutipan puisi baik dari sastrawan yang disebutkan maupun dari Mas Biru. Uwuwu 💜
Banyak sekali kutipan yang aku tandai dalam buku ini, di antaranya sebagai berikut:
"Orang berbakat akan kalah dengan orang yang mau berusaha." - hlm. 31
"Wanita itu berhak mencari kriteria apa pun sesuai dengan keinginannya. Tetapi, ada dua kriteria yang tidak boleh ketinggalan, yaitu yang bagus agamanya dan bagus akhlaknya." - hlm. 83
"Sungguh Allah memang Maha Pembolak-balik hati manusia." - hlm. 107
"Menjadi penulis adalah sebuah pertaruhan." - hlm. 151
"Kalau mau pedekate, sama orang tuanya dulu, Akhi. Baru sama anaknya." - hlm. 202
"Ia tak mengerti mengapa mengungkapkan perasaan sangat sulit seperti ini dan kenapa makhluk bernama wanita seolah menuntut ucapan lantang." - hlm. 303
Rate: 4,5/5 ★
Comments