Selisik Buku: Too Far to Hold - Fifi Alfiana
- kentankcreespy
- 20 Agu 2020
- 2 menit membaca
Judul: Too Far to Hold
Penulis: Fifi Alfiana (@fifi.alfiana)
Penerbit: Bentang Belia (@beliabentang)
Tahun terbit: 2017
Jumlah halaman: 286 halaman
ISBN: 978-602-430-227-6
Blurb:
Mustahil bisa dapetin hati Wingga! Alana yakin itu. Ia selalu merasa cowok itu terlalu keren untuk dekat dengannya. Jadi, yang bisa Alana lakukan hanyalah mengagumi Wingga diam-diam.
Akan tetapi, rupanya semesta mendekatkan Alana dengan Wingga secara nggak sengaja. Saat Wingga pingsan di perpustakaan, Alana menolongnya. Sejak itu, Alana tahu lebih banyak tentang Wingga. Bukan Wingga cowok ganteng yang pintar banget, bukan Wingga yang sering menyabet juara olimpiade sains, melainkan Wingga yang punya rahasia dan luka hati.
Ingin rasanya Alana membantu cowok itu menghadapi kehidupan peliknya. Masalahnya, maukah Wingga mengizinkan Alana memasuki kehidupannya?
"Kalau aku ini baterai solar cell, dia itu matahari yang bisa mengecas hatiku. Sebegitunya kah? Oh, peduli amat karena aku harus bilang iya." - hlm. 12
Iya, Alana, iya. Sebahagia kamu aja ya, haha.
Ampun deh, baca ini benar-benar bikin emosional. Enggak tahu kenapa ikut sesak gara-gara kisah Alana dan Wingga. Berkali-kali juga aku menghela napas kayak 'haduh ini pada kenapa sih?' wkwk.
Dari awal cerita pun, aku sungguh penasaran dengan masalah apa yang sebenarnya ada dalam hidup Wingga. Pun dengan sleep paralysis yang ia alami. Benar-benar pelik! Gila belajar, diplomatis, perfeksionis, dan begitu ambisius adalah hal yang tak lepas dari diri seorang Winggaāsang langganan penyabet medali emas dalam olimpiade sains.
Hal itu juga yang membuat Alana merasa bahwa untuk masuk ke dalam hidup seorang Wingga adalah perkara yang sulit! Yang hanya bisa Alana lakukan adalah diam-diam memotret Wingga dalam setiap kesempatan apapun.
Hingga suatu ketika insiden di perpustakaan berhasil mengenalkan mereka berdua. Dari situlah Alana tahu bahwa Wingga tak seperti yang orang kira.
Seperti air mengalir, kedekatan Alana dan Wingga terjalin. Namun sayang, Wingga masih begitu kokoh membangun tembok di antara mereka. Alana ingin membantu, tapi Wingga sepertinya tak mau.
Jadi, mengapa Wingga si cowok yang hobinya belajar itu sulit diraih oleh gadis fotografer riang macam Alana?
"Lo nyuruh gue realistis kalo dia emang too far to hold?" - hlm. 197
Selain itu, aku juga terkesan dengan persahabatan Alana dan Rogerāsahabat sekaligus guru fotografer Alana. Ya seperti pada umumnya bahwa cowok dan cewek tidak ada yang murni bersahabat, ada satu yang memendam rasa, terjadi pula pada mereka.
Yash, menarik bukan?
"Terkadang, kamu tidak sanggup lagi untuk menangis ketika kamu sadar bahwa luka itu terlampau sakit. Dan kembalilah kamu pada titik kepura-puraan." - hlm. 261
Selesai juga~ Dengan akhir yang begitu membuncahkan dada, haha.
Oh iya, novel ini ditulis dengan sudut pandang yang bergantian. Bagian satu, sudut pandang Alana, lalu bagian selanjutnya, sudut pandang Wingga, dan begitu seterusnya.
Aku suka bagaimana cara penulis menyajikan setiap konflik. Aku benar-benar menikmati. Namun ada juga yang cukup mengganggu, yakni penulisan sapaan yang tidak konsisten. Kadang-kadang pakai aku-kamu, eh tahu-tahu ganti jadi lo-gue.
Overall, oke lah. Pun banyak terdapat quote yang aku garis bawahi, haha. Banyak pesan juga, and you'll find the definition of love there!
Kurekomendasikan novel ini untuk siapa saja yang tengah berjuang untuk dia, yang merasa dia sulit diraih, atau apalah itu, ehehe. Pokoknya siapa saja bolehlah!
Rate: 4/5 stars
Comments